Kalian
pasti sering dengar sebuah kutipan klasik bahwa ‘buku itu jendela dunia’. Tapi,
bagaimana dengan satu kutipan asing ini? ‘Peksos Itu Jendela Dunia’. Pasti
asing kan?. Nah, itu tapi yang memang saya rasakan selama ada di jurusan
Peksos/ Pekerjaan Sosial SMKN 2 Malang yang kini namanya di ubah menjadi
Perawatan Sosial.
Suasana kelas di kampus. Saya (kiri) |
Saya
banyak berargumentasi sebelum mengisi formulir pendaftaran SMKN 2 Malang dengan
pilihan pertama jurusan Peksos. Ibu saya berharap saya masuk di jurusan
pariwisata mengingat kemampuan bahasa asing dan semangat saya belajar bahasa
asing cukup bagus, namun saya tetap ngotot
bahwa saya harus masuk di jurusan Peksos SMKN 2 Malang. Akhirnya setelah
perdebatan yang cukup panjang, ibu saya mengijinkan saya untuk masuk di jurusan
Peksos dengan syarat saya mampu bertanggung jawab dengan pilihan saya. Sikap
Ibu saya memang berbeda dengan Ayah. Ayah sebenarnya sama khawatirnya dengan
Ibu soal pilihan hidup saya akan tetapi Ayah lebih menekankan bahwa pilihan
semuanya ada di tangan saya dan tidak terlalu ekspresif menggambarkan saran
yang ada di kepalanya, sedangkan Ibu bersikap sebaliknya.
***
Di
antar Ayah, saya mendapat urutan nomor lima pada saat pendaftaran. Pendaftaran
dilakukan dengan tes wawancara. Saya sangat santai pada hari itu, saya berikrar
dalam hati bahwa saya pasti mendapat yang terbaik karena saya sungguh berniat
untuk belajar di bidang yang menarik hati saya.
Satu
demi satu peserta di panggil di ruang wawancara dimana di dalamnya terdapat dua
guru pewawancara yang selanjutnya saya kenal dengan nama Bu Endang Widowati dan
Bu Andharwati.
Ayah
saya bergumam sambil menunjuk Bu Andharwati, Ayah saya berkata bahwa sepertinya
saya akan di mendapat giliran wawancara di meja Bu Andharwati karena setelah
lebih dari 30 menit berjalan, Bu Andhar hanya mewawancarai satu peserta saja
yaitu peserta nomor dua.
Benar
saja, saya memang mendapat giliran wawancara di meja Bu Andhar. Kesan awal, Bu
Andhar memiliki perangai keras, tapi itu semua malah membuat saya tertantang
untuk berlaku tetap tenang tidak seperti peserta sebelumnya yang terlihat
begitu tegang.
Bu
Andhar memang tidak terlalu menampakkan empati saat melakukan wawancara namun
saya tetap santai. Satu pertanyaan yang di tekankan oleh Bu Andhar adalah,
kenapa saya ingin mengambil jurusan Peksos. Bu Andhar terkesan tidak mau asal
dalam menerima siswa di jurusan Peksos. Saya menjawab pertanyaan tersebut
sesuai pengetahuan yang saya dapat dari Ayah. Hingga di akhirpercakapan Bu
Andhar terheran- heran darimana asal pengetahuan yang saya dapat tersebut dan
akhirnya saya pun mengatakan bahwa pengetahuan tersebut saya dapat dari Ayah
yang merupakan alumni Peksos angkatan delapan puluhan. Bu Andhar segera
menyuruh saya untuk memanggil Ayah untuk segera turut di wawancara seperti
halnya peserta sebelumnya.
Dengan
gayanya yang tetap tidak terlalu menunjukkan empati, Bu Andhar merekap nilai
rapor saya selama SMP sembari mengatakan ‘Saya tunggu prestasinya’.
***
Saya
sangat menanti pertemuan kembali dengan Bu Andhar, namun sayang pada semester
satu saya tidak mendapati nama Bu Andhar di daftar nama guru pengajar.
Namun
ternyata, sosok guru yang sangat menarik bukan hanya Bu Andhar. Saya
selanjutnya bertemu Pak Apud. Pak Apud senang memancing saya dengan pertanyaan
di kelas agar saya berani berpendapat, diluar kelas pun, Pak Apud sering
mengajak saya mengobrol ringan atau pun berdiskusi, lebih daripada itu, Pak
Apud mengakui keberadaan saya di antara kebanyakan guru yang meremehkan diri
saya.
Selanjutnya,
saya juga berjumpa Bu Endang, sosok yang mempercayai diri saya menjadi ketua
kelompok pada saat praktek kerja di TKN Pembina Mlang, sosok yang juga keibuan
dan sangat telaten membimbing saya dan teman- teman dalam kelompok yang sangat
berniatuntuk belajar.
Suasana kelas di kampus. Saya (kanan) |
***
Saya
ingin sekali kuliah, namun saya bingung ingin berkuliah di jurusan apa. Hingga
menginjak kelas 3, saya tetap bingung. Satu yang saya pegang, saya ingin masuk
di dunia sosial- pendidikan tapi gambaran jurusan apa yang akan saya ambil
untuk kuliah tetap saja kosong.
Hingga
saya membaca ada jurusan Pendidikan Luar Sekolah/ PLS di Universitas Negeri
Malang sebagai salah satu jurusan di fakultas ilmu pendidikan di web
Universitas Negeri Malang (UM). Jurusan iniasing, namun ketika saya baca
sedikit profil jurusan tersebut dari internet, saya mengambil kesimpulan bahwa
jurusan ini merupakan satu jajaran Peksos akan tetapi lebih spesifik. Jurusan
PLS menangani lingkup pendidikan non formal dan berbagai permasalah dalam
masyarakat termasuk di dalamnya anak jalanan dan masyarakat dengan tingkat
kesejahteraan rendah.
Senasib
dengan jurusan Peksos, jurusan PLS yang selanjutnya ketika saya masuki ternyata
adalah sosiologi terapan sama- sama nyaris di lupakan orang. Saya pertama kali
mengutarakan niat saya untuk masuk pada jurusan tersebut kepada Pak Yachya,
guru senior di BK/ Bimbingan Konseling SMKN 2 Malang. Pak Yachya mengatakan
bahwa memasuki jurusan tersebut adalah panggilan hati dan sangat baik apabila
saya ingin memasuki jurusan tersebut. Pak Yachya juga menginformasikan bahwa
Mbak Bunga Larasati yang di gadang mengikuti lomba LKS Peksos (dia merupakan
kakak tingkat setahun di atas saya) setahun yang lalu juga mengambil jurusan
PLS.
Singkat
cerita, saya mendapat nomor Mbak Bunga dari Mbak Tri Ayu Ningsih, teman
seangktan Mbak Bunga yang saat ini berkuliah di jurusan Psikologi Universitas
Merdeka Malang.
Saya
dan Mbak Bunga akhirnya berdiskusi soal jurusan PLS, Mbak Bunga sangat terbuka
menerima berbagai pertanyaan dari saya. Mbak Bunga tidak mempengaruhi saya
untuk mengambil jurusan yang sama hanya saja memberi berbagai pengambaran
mengenai jurusan PLS sehingga makin mantab saya mengambil jurusan karena
penjelasan Mbak Bunga soal PLS menyentuh dunia Sosial- Pendidikan yang memang
begitu saya dambakan.
***
Saya
ingin kuliah, soal biaya pasti ada jalan. Orang tua saya mendukung dan
menyanggupi biaya dengan cara apapun, namun saya berharap bahwa saya mendapat
rezeki lain untuk kuliah tanpa harus membebani kedua orang tua saya. Itulah
yang membuat saya nekat mengikuti seleksi undangan dengan jalur Bidik Misi.
Kenyataan
gagal pada jalur tersebut nyaris membuat saya patah semangat, namun banyak
sekali orang sekeliling saya yang mendukung saya untuk mengikuti jalur tulis.
Saya
Saat menjadi operator Seminar Nasional dosen PLS. Saya (Nomor 1 dari kiri) |
***
Dalam
keadaan masih berusaha bangkit dari kegagalan, saya belajar sendiri via online
sebelum tes pada jalur tulis. Untuk bimbingan khusus pra ujian tulis sangat
mahal jadi saya memilih belajar sendiri via online yang mana tanpa harus
mengeluarkan biaya sepeser pun.
Hati
saya sedikit terobati ketika saya mendapat informasi dari Pak Arif, salah satu
guru muda di BK SMKN 2 Malang bahwa siswa yang pernah mengajukan Bidik Misi/ BM
pada jalur undangan tidak perlu mengeluarkan biaya pendaftaran jalur tulis
lagi.
Saya
menoleh ke kiri dan ke kanan, banyak teman yang gagal di jalur undangan
berhenti di jalan. Sebagian teman itu tidak ingin mengikuti jalur tulis seperti
yang bakal saya tempuh, semua itu tidak membuat saya patah, saya nekat
mengikuti ujian tulis. Saya tidak ingin menghianati kata-kata saya sedari dulu bahwa
teman- teman seperjuangan tidak boleh patah asa, saya juga tidak ingin menghianati
mereka yang mati- matian jadi penyemangat bagi diri saya tanpa pamrih.
***
Saya
lolos ujian tulis! Perjuangan saat itu, di kampus putih (Universitas
Muhammadiyah Malang/ UMM) lantai 6 berhasil saya lalui dan lagi! Usulan Bidik
Misi saya juga lolos. Sebagian merasa saya begitu beruntung. Beruntung? Kata
tersebut seolah menggambarkan tidak ada doa dan usaha dari saya mau pun orang-
orang terdekat yang menyertai perjalanan saya. Ah... sudahlah terserah... toh
saya tidak pernah minta makan kepada para komentator itu kan?.
***
Jurusan
PLS ternyata jauh lebih ‘gila’ dari perkiraan saya. Dalam perkuliahan, saya
masih menemukan teori Maslow, teori komunikasi dan banyak lagi hal yang sudah
tidak asing alias pernah saya pelajari di jurusan Peksos semasa SMK.
Dan
lagi! Pendidikan Nonformal lingkupnya lebih dari perkiraan awal saya. Seminar,
papan informasi, proses training salah satunya out bond, menejemen PAUD,
pelatihan, pengembangan masyarakat hingga tata ruang kota kaitannya yang
mendidikan
Bersama teman- teman jurusan PLS di Pelatihan ESQ Fakultas Ilmu Pendidikan |
^_^
big thanks! kepada:
Teman-
teman seperjuangan kuliah cari gratisan:
1.
Putri Wulandari
2.
Wahyu Andriani
3.
Putri Sih Anekasari
4.
Ari Michael Roosmaya
Guru-
guru Peksos yang membimbing selama 3 tahun dan guru- guru BK SMKN 2 Malang yang
tidak lelah menyemangati dan memberi jalan bagi mereka yang punya semangat.
Nb:
Cerita dituturkan dan ditulis oleh Poppy Trisnayanti Puspitasari. Peksos SMKN 2
Malang lulusan tahun 2012. Saat ini kuliah di Universitas Negeri Malang (UM)
jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
Kontak:
Twitter @TrisnayantiP
Blog semangkaaaaa.blogspot.com
Kontak:
Twitter @TrisnayantiP
Blog semangkaaaaa.blogspot.com
1 komentar:
For Diameter - Anford edge Titanium 2019 - TitaniumArts
For Diameter - Anford edge Titanium nano titanium by babyliss pro 2019 - TitaniumArts. By Anford Design | Posted titanium pot by Anford Design | Posted by Anford Design | titanium price per ounce Posted by Anford Design | Posted by Anford Design | Posted by Anford Design | Posted by Anford Design | Posted by Anford Design | where is titanium found Posted by Anford trekz titanium Design | Posted
Posting Komentar
SIlahkan Tulis Aspirasi Anda!