RSS

Selasa, 14 Januari 2014

Peksos Itu 'Jendela Dunia'

Kalian pasti sering dengar sebuah kutipan klasik bahwa ‘buku itu jendela dunia’. Tapi, bagaimana dengan satu kutipan asing ini? ‘Peksos Itu Jendela Dunia’. Pasti asing kan?. Nah, itu tapi yang memang saya rasakan selama ada di jurusan Peksos/ Pekerjaan Sosial SMKN 2 Malang yang kini namanya di ubah menjadi Perawatan Sosial.
Suasana kelas di kampus. Saya (kiri)
Berawal dari cerita sejak masa kecil dari Ayah saya yang merupakan lulusan Peksos tahun delapan puluhan (waktu itu masih bernama SMPSN/Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial Negeri dan masih di tempuh selama 4 tahun) soal dunia Peksos dimana dalam dunia tersebut kita bisa berakrab ria dengan bidang yang di anggap asing oleh orang dari
profesi kebanyakan seperti bidang yang mengurus anak kebutuhan khusus dan anak bermasalah. Dari cerita- cerita sedari kecil tadi ternyata menyentuh minat saya untuk memasuki jurusan tersebut ketika lulus SMP. Keraguan sempat muncul di benak ibu saya padahal ibu juga merupakan lulusan di sekolah yang sama dengan Ayah pada tahun yang sama. Ibu saya berharap saya kuliah, tapi di sisi lain ragu apakah seorang lulusan SMK mampu berkuliah.
Saya banyak berargumentasi sebelum mengisi formulir pendaftaran SMKN 2 Malang dengan pilihan pertama jurusan Peksos. Ibu saya berharap saya masuk di jurusan pariwisata mengingat kemampuan bahasa asing dan semangat saya belajar bahasa asing cukup bagus, namun saya tetap ngotot bahwa saya harus masuk di jurusan Peksos SMKN 2 Malang. Akhirnya setelah perdebatan yang cukup panjang, ibu saya mengijinkan saya untuk masuk di jurusan Peksos dengan syarat saya mampu bertanggung jawab dengan pilihan saya. Sikap Ibu saya memang berbeda dengan Ayah. Ayah sebenarnya sama khawatirnya dengan Ibu soal pilihan hidup saya akan tetapi Ayah lebih menekankan bahwa pilihan semuanya ada di tangan saya dan tidak terlalu ekspresif menggambarkan saran yang ada di kepalanya, sedangkan Ibu bersikap sebaliknya.
***
Di antar Ayah, saya mendapat urutan nomor lima pada saat pendaftaran. Pendaftaran dilakukan dengan tes wawancara. Saya sangat santai pada hari itu, saya berikrar dalam hati bahwa saya pasti mendapat yang terbaik karena saya sungguh berniat untuk belajar di bidang yang menarik hati saya.
Satu demi satu peserta di panggil di ruang wawancara dimana di dalamnya terdapat dua guru pewawancara yang selanjutnya saya kenal dengan nama Bu Endang Widowati dan Bu Andharwati.
Ayah saya bergumam sambil menunjuk Bu Andharwati, Ayah saya berkata bahwa sepertinya saya akan di mendapat giliran wawancara di meja Bu Andharwati karena setelah lebih dari 30 menit berjalan, Bu Andhar hanya mewawancarai satu peserta saja yaitu peserta nomor dua.
Benar saja, saya memang mendapat giliran wawancara di meja Bu Andhar. Kesan awal, Bu Andhar memiliki perangai keras, tapi itu semua malah membuat saya tertantang untuk berlaku tetap tenang tidak seperti peserta sebelumnya yang terlihat begitu tegang.
Bu Andhar memang tidak terlalu menampakkan empati saat melakukan wawancara namun saya tetap santai. Satu pertanyaan yang di tekankan oleh Bu Andhar adalah, kenapa saya ingin mengambil jurusan Peksos. Bu Andhar terkesan tidak mau asal dalam menerima siswa di jurusan Peksos. Saya menjawab pertanyaan tersebut sesuai pengetahuan yang saya dapat dari Ayah. Hingga di akhirpercakapan Bu Andhar terheran- heran darimana asal pengetahuan yang saya dapat tersebut dan akhirnya saya pun mengatakan bahwa pengetahuan tersebut saya dapat dari Ayah yang merupakan alumni Peksos angkatan delapan puluhan. Bu Andhar segera menyuruh saya untuk memanggil Ayah untuk segera turut di wawancara seperti halnya peserta sebelumnya.
Dengan gayanya yang tetap tidak terlalu menunjukkan empati, Bu Andhar merekap nilai rapor saya selama SMP sembari mengatakan ‘Saya tunggu prestasinya’.
***
Saya sangat menanti pertemuan kembali dengan Bu Andhar, namun sayang pada semester satu saya tidak mendapati nama Bu Andhar di daftar nama guru pengajar.
Namun ternyata, sosok guru yang sangat menarik bukan hanya Bu Andhar. Saya selanjutnya bertemu Pak Apud. Pak Apud senang memancing saya dengan pertanyaan di kelas agar saya berani berpendapat, diluar kelas pun, Pak Apud sering mengajak saya mengobrol ringan atau pun berdiskusi, lebih daripada itu, Pak Apud mengakui keberadaan saya di antara kebanyakan guru yang meremehkan diri saya.
Selanjutnya, saya juga berjumpa Bu Endang, sosok yang mempercayai diri saya menjadi ketua kelompok pada saat praktek kerja di TKN Pembina Mlang, sosok yang juga keibuan dan sangat telaten membimbing saya dan teman- teman dalam kelompok yang sangat berniatuntuk belajar.
Suasana kelas di kampus. Saya (kanan)
Bu Andhar yang saya temui pada saat pembelajaran di semester 2 kelas 10 pun sangat bersahabat di kelas. Ada juga Bu Siti yang sering meminta bantuan kepada saya membawa buku tugas teman- teman sekelas dan sering menggoda saya karena pada waktu itu tinggi badan saya tidak mencukupi sampai di posisi teratas almari buku di ruang guru. Semua guru Peksos sangat kekeluargaan akan tetapi untuk saat ini belum saya ceritakan keseluruhan dalam cerita ini.
***
Saya ingin sekali kuliah, namun saya bingung ingin berkuliah di jurusan apa. Hingga menginjak kelas 3, saya tetap bingung. Satu yang saya pegang, saya ingin masuk di dunia sosial- pendidikan tapi gambaran jurusan apa yang akan saya ambil untuk kuliah tetap saja kosong.
Hingga saya membaca ada jurusan Pendidikan Luar Sekolah/ PLS di Universitas Negeri Malang sebagai salah satu jurusan di fakultas ilmu pendidikan di web Universitas Negeri Malang (UM). Jurusan iniasing, namun ketika saya baca sedikit profil jurusan tersebut dari internet, saya mengambil kesimpulan bahwa jurusan ini merupakan satu jajaran Peksos akan tetapi lebih spesifik. Jurusan PLS menangani lingkup pendidikan non formal dan berbagai permasalah dalam masyarakat termasuk di dalamnya anak jalanan dan masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah.
Senasib dengan jurusan Peksos, jurusan PLS yang selanjutnya ketika saya masuki ternyata adalah sosiologi terapan sama- sama nyaris di lupakan orang. Saya pertama kali mengutarakan niat saya untuk masuk pada jurusan tersebut kepada Pak Yachya, guru senior di BK/ Bimbingan Konseling SMKN 2 Malang. Pak Yachya mengatakan bahwa memasuki jurusan tersebut adalah panggilan hati dan sangat baik apabila saya ingin memasuki jurusan tersebut. Pak Yachya juga menginformasikan bahwa Mbak Bunga Larasati yang di gadang mengikuti lomba LKS Peksos (dia merupakan kakak tingkat setahun di atas saya) setahun yang lalu juga mengambil jurusan PLS.
Singkat cerita, saya mendapat nomor Mbak Bunga dari Mbak Tri Ayu Ningsih, teman seangktan Mbak Bunga yang saat ini berkuliah di jurusan Psikologi Universitas Merdeka Malang.
Saya dan Mbak Bunga akhirnya berdiskusi soal jurusan PLS, Mbak Bunga sangat terbuka menerima berbagai pertanyaan dari saya. Mbak Bunga tidak mempengaruhi saya untuk mengambil jurusan yang sama hanya saja memberi berbagai pengambaran mengenai jurusan PLS sehingga makin mantab saya mengambil jurusan karena penjelasan Mbak Bunga soal PLS menyentuh dunia Sosial- Pendidikan yang memang begitu saya dambakan.
***
Saya ingin kuliah, soal biaya pasti ada jalan. Orang tua saya mendukung dan menyanggupi biaya dengan cara apapun, namun saya berharap bahwa saya mendapat rezeki lain untuk kuliah tanpa harus membebani kedua orang tua saya. Itulah yang membuat saya nekat mengikuti seleksi undangan dengan jalur Bidik Misi.
Kenyataan gagal pada jalur tersebut nyaris membuat saya patah semangat, namun banyak sekali orang sekeliling saya yang mendukung saya untuk mengikuti jalur tulis. Saya
Saat menjadi operator Seminar Nasional dosen PLS. Saya (Nomor 1 dari kiri)
sendiri pun merasa, bahwa jika saya menyerah maka saya menghianati semangat saya sendiri dimana pada awalnya saya bertekad mengikuti jalur tulis apabila gagal pada jalur undangan. Apabila saya menyerah, artinya saya juga menghianati dorongan dan himbauan pada teman- teman seperjuangan saya agar jangan pernah menyerah atas desakan keadaan apapun.
***
Dalam keadaan masih berusaha bangkit dari kegagalan, saya belajar sendiri via online sebelum tes pada jalur tulis. Untuk bimbingan khusus pra ujian tulis sangat mahal jadi saya memilih belajar sendiri via online yang mana tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun.
Hati saya sedikit terobati ketika saya mendapat informasi dari Pak Arif, salah satu guru muda di BK SMKN 2 Malang bahwa siswa yang pernah mengajukan Bidik Misi/ BM pada jalur undangan tidak perlu mengeluarkan biaya pendaftaran jalur tulis lagi.
Saya menoleh ke kiri dan ke kanan, banyak teman yang gagal di jalur undangan berhenti di jalan. Sebagian teman itu tidak ingin mengikuti jalur tulis seperti yang bakal saya tempuh, semua itu tidak membuat saya patah, saya nekat mengikuti ujian tulis. Saya tidak ingin menghianati kata-kata saya sedari dulu bahwa teman- teman seperjuangan tidak boleh patah asa, saya juga tidak ingin menghianati mereka yang mati- matian jadi penyemangat bagi diri saya tanpa pamrih.
***
Saya lolos ujian tulis! Perjuangan saat itu, di kampus putih (Universitas Muhammadiyah Malang/ UMM) lantai 6 berhasil saya lalui dan lagi! Usulan Bidik Misi saya juga lolos. Sebagian merasa saya begitu beruntung. Beruntung? Kata tersebut seolah menggambarkan tidak ada doa dan usaha dari saya mau pun orang- orang terdekat yang menyertai perjalanan saya. Ah... sudahlah terserah... toh saya tidak pernah minta makan kepada para komentator itu kan?.
***
Jurusan PLS ternyata jauh lebih ‘gila’ dari perkiraan saya. Dalam perkuliahan, saya masih menemukan teori Maslow, teori komunikasi dan banyak lagi hal yang sudah tidak asing alias pernah saya pelajari di jurusan Peksos semasa SMK.
Dan lagi! Pendidikan Nonformal lingkupnya lebih dari perkiraan awal saya. Seminar, papan informasi, proses training salah satunya out bond, menejemen PAUD, pelatihan, pengembangan masyarakat hingga tata ruang kota kaitannya yang mendidikan
Bersama teman- teman jurusan PLS di Pelatihan ESQ Fakultas Ilmu Pendidikan
dan membangun masyarakat di luar sistem persekolahan, dimana salah satu aspek penting dalam praktiknya adalah kemampuan komunikasi, ternyata juga merupakan bidang garapan PLS! Lagi- lagi kesemuanya ini tidak asing bagi saya karena saya pernah mendengar semuanya di jurusan Peksos. Pantaslah saya katakan bahwa Peksos itu ‘Jendela Dunia’!. Mengambil kuliah selain Peksos bukan berarti hati dan jiwa saya sudah lupa dengan Peksos, namun Peksos bagi saya merupakan batu loncatan bagi untuk menghadapi dunia dengan berbagai cara!.

^_^ big thanks! kepada:
Teman- teman seperjuangan kuliah cari gratisan:
1.     Putri Wulandari
2.    Wahyu Andriani
3.    Putri Sih Anekasari
4.    Ari Michael Roosmaya
Guru- guru Peksos yang membimbing selama 3 tahun dan guru- guru BK SMKN 2 Malang yang tidak lelah menyemangati dan memberi jalan bagi mereka yang punya semangat.


Nb: Cerita dituturkan dan ditulis oleh Poppy Trisnayanti Puspitasari. Peksos SMKN 2 Malang lulusan tahun 2012. Saat ini kuliah di Universitas Negeri Malang (UM) jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS).

Kontak:
Twitter @TrisnayantiP

Blog semangkaaaaa.blogspot.com

1 komentar:

vanetabar mengatakan...

For Diameter - Anford edge Titanium 2019 - TitaniumArts
For Diameter - Anford edge Titanium nano titanium by babyliss pro 2019 - TitaniumArts. By Anford Design | Posted titanium pot by Anford Design | Posted by Anford Design | titanium price per ounce Posted by Anford Design | Posted by Anford Design | Posted by Anford Design | Posted by Anford Design | Posted by Anford Design | where is titanium found Posted by Anford trekz titanium Design | Posted

Posting Komentar

SIlahkan Tulis Aspirasi Anda!

 
Copyright Aktivitas Kejuruan Pekerjaan Sosial/ Perawatan Sosial/ Social Worker 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .